Sebelum membangun kebun vertikal, sebaiknya kita persiapkan segala sesuatunya yang berkenaan dengan kebun dimaksud.Barang-barang atau bahan-bahan yang kita persiapkan adalah:
- Paralon (boleh menggunakan bambu)
- Gergaji
- Bor dengan mata 3 - 5 cm
- Meteran untuk membuat titik-titik yang akan dilubangi
- Spidol untuk menandai lubang yang akan dibuat
- Ember atau pot bunga dengan lubang dibawahnya untuk dudukan paralon
- Semen 2 kg untuk 4 paralon
- Pasir adukan
- Sendok pengaduk semen
Dengan alat-alat dan bahan di atas kita siap masuk ke step selanjutnya.
Pada tahap ini paralon ukuran panjang 4 m boleh kita potong menjadi 2 (masing-masing dengan ukuran tinggi 2 m), atau menjadi 3, atau 4 (masing-masing dengan ukuran tinggi 1 m). Saya sendiri memilih memotongnya menjadi 4, sehingga mendapatkan paralon ukuran 1 meter tingginya. Lalu paralon kita ukur untuk menetapkan posisi lubang dengan tujuan agar susunan lubangnya rapi. Jarak lubang di dua sisi yang berlawanan kita atur berjarak 10 cm, sementara di sisi sampingnya kita lubangi di antaranya (selang seling).
Setelah itu kita gunakan bor dengan mata berukuran antara 3 cm atau 4 cm (sesuai ukuran lubang yang kita inginkan) untuk melubangi paralon seperti terlihat pada gambar berikut:
Bentuk paralon yang sudah dilubangi bisa dilihat pada gambar berikut.
Lalu paralon kita cor ke dalam ember plastik khusus untuk tanaman, karena sudah ada lubang di bagian bawahnya. Tujuan paralon dicor ke ember plastik (bukan ditanam ke tanah) adalah untuk memudahkan diputar atau dipindahkan lokasinya. Terutama disebabkan karena kebanyakan lahan yang tersedia di rumah-rumah perkotaan sudah diplester dengan semen dan bahkan telah dikeramik.
Setelah itu kita mengisikan tanah ke dalam paralon. Sebaiknya paralon dibungkus dulu dengan kertas koran agar tidak banyak tanah yang terbuang melalui lubang yang ada. Tanah tersebut kita padatkan dan didiamkan beberapa hari. Di bagian tengah boleh kita beri pipa paralon kecil yang telah dilubangi dengan paku kecil yang tujuannya untuk mendistribusikan air secara merata ke tanah dalam paralon nantinya.
Lalu aduk 1 sendok makan Pupuk Padat (lihat gambar Produk Pupuk Be-Natural) ke dalam air sesuai kebutuhan. Sebuah paralon ukuran 2 meter membutuhkan 1 liter air berisi larutan Pupuk Padat. Jadi apabila Anda memiliki 10 paralon, campurkan 2 sendok Pupuk Padat ke dalam 10 liter air.
Selanjutkan siramkan air bercampur Pupuk Padat tersebut ke tanah dalam paralon, melalui saluran pipa kecil di bagian tengah. Lalu tanah didiamkan selama 1 minggu. Tujuan menyiram tanah dengan larutan Pupuk padat ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah (menyuburkan tanah) dalam paralon, dan mendiamkan tanah selama 1 minggu untuk membiarkan tanah dalam paralon menjadi padat. Pada periode ini biasanya tanah dalam paralon akan turun ke bawah karena memadatkan dirinya sendiri. Kita tambahkan tanah baru ke dalam paralon bagian atas.
TAHAP MENANAM BENIH DAN PEMELIHARAAN TANAMAN
Pada tahap ini, siapkan benih dan air yang dicampur dengan pupuk cair dan / atau hormon (lihat jenis produk
Pupuk Be-Natural).
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
- Siapkan atau beli benih cabai atau sayuran di penjual bibit seperti Trubus. Anda bisa membuat bibit sendiri, misalnya dengan membeli cabai yang sudah matang penuh, dan bijinya dijemur atau dikeringkan.
- Ambil 1 cc Pupuk Cair atau Hormon (1/10 isi tutup botol), dan campur dengan 100 ml air (bisa menggunakan gelas Aqua).
- Rendam benih yang ada ke dalam campuran Pupuk Cair dengan air tadi selama 1 jam. Benih yang mengapung tidak dipakai alias dibuang karena tidak baik. Ambil benih yang tenggelam. Lihat gambar.
- Tanam 2 butir benih ke dalam lubang yang telah dibuat di paralon. Benih yang pertumbuhannya lebih kerdil dicabut, agar benih yang lebih besar bertumbuh dengan baik. Lihat gambar bagaimana benih ditanam ke lubang di paralon.
Dalam jangka waktu 5 hari biasanya tanaman sudah mengeluarkan daun pertama. Pada saat ini, lakukan prosedur sebagai berikut:
- Saat tanaman mengeluarkan daun lebih dari 2 lembar dan cukup kuat, semprot daunnya dengan campuran 8 cc Pupuk Cair + 2 cc Pupuk Hormon dengan 1 liter air. Gunakan alat penyemprot tanaman.
- Lakukan penyemprotan dengan campuran Pupuk Cair dan Pupuk Hormon dengan air ini setiap 5 hari sekali sampai tanaman mengeluarkan bunga. Waktu penyemprotan terbaik adalah pagi hari antara jam 6 s/d 9 pagi atau sore hari antara jam 4 sampai dengan 6 sore.
- Lakukan penyemprotan campuran Pupuk Cair dan Hormon ini secara berkala (5 hari sekali) sampai tanaman mengeluarkan buah, seperti cabai, tomat, terong dan lain-lain. Frekuensi penyemprotan bisa saja dipersering menjadi 2 atau 3 kali sehari.
Berikut adalah gambar dari tanaman cabai usia 5 hari mengeluarkan 2 lembar daun, tanaman cabai usia 2 minggu, 1 bulan, dan 2 bulan saat tanaman cabai mengeluarkan buah, maupun saat tanaman cabai mulai matang dan berwarna merah.
TAHAP PANEN
Dalam contoh yang ada, yaitu kita menanam bibit cabai atau cabe merah, maka dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan, cabai sudah banyak yang berwarna merah dan siap dipanen.
Cabai merah yang tidak menggunakan pupuk organik, biasanya hanya menghasilkan 1,5 - 2 kg saja per batang, sementara tanaman cabai merah yang menggunakan pupuk organik bisa mencapai 4 - 5 kg per batang.
Apabila pada 1 paralon ukuran tinggi 2 meter diperoleh 25 buah lubang alias 25 batang cabai merah, maka minimal akan diperoleh 100 kg cabai merah per paralon.
SURABAYA POST - Sempitnya lahan pertanian sering menjadi alasan petani enggan bercocok tanam. Padahal dengan cara bertanam berjenjang (verticulture) seperti yang dilakukan Suhadi, pengusaha agrobinis dan petani di Kota Pasuruan, lahan terbatas bukan halangan bertani.
“Terus terang saya bukan penemu cara bercocok tanam model vertikultur. Saya hanya ingin memperkenalkan vertikultur dan mengajak masyarakat di kota untuk gemar bercocok tanam walaupun di lahan sempit di halaman rumah,” ujar Suhadi ditemui di Tegalbero Camp miliknya di Tegalbero, Kel. Wirogunan, Kota Pasuruan.
Tegalbero Camp merupakan model pertanian terpadu yang mewadahi perkebunan, pertanian, perikanan, dan peternakan (buntaninak). Melalui Lembaga Pengembangan Kewirausahaan (LPK), Suhadi menggarap lahan Tegalbero Camp seluas sekitar 2,5 hektare, yang terletak sekitar 1 km di pinggiran Kota Pasuruan.
“Saya ingin Tegalbero Camp ini menjadi model pertanian terpadu yang bisa diikuti warga kota termasuk bagaimana cara bertanam di lahan sempit dengan vertikultur,” ujar alumnus jurusan agronomi, Fakultas Pertanian (FP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Suhadi mengakui, sejumlah petani bergidik menyaksikan model pertanian vertikultur. “Dikira biayanya mahal, padahal sebenarnya murah karena media tanam bisa dipakai berkali-kali panen,” ujarnya.
Suhadi bersama sejumlah petani mencoba bertanam ala vertikultur di bawah naungan rumah kaca (green house) sederhana. Green house berukuran 10 x 10 meter persegi itu ditutup dengan kelambu plastik warna hitam.
Di dalamnya terdapat 300 tonggak dari batang paralon setinggi masing-masing 2 meter. “Satu lonjor paralon PVC ukuran talang rumah panjangnya 4 meter dipotong jadi dua bagian,” ujar mantan aktivis mahasiswa itu.
Sebatang tonggak (paralon) itu kemudian dilubangi menjadi 120 lubang dengan ukuran diameter 10 cm. Dari sini mulai diketahui biaya awal yakni, sebatan paralon (4 meter) sekitar Rp 35 ribu. “Yang jelas harga satu tonggak plus biaya melubanginya sekitar Rp 20 ribu,” ujarnya.
Setelah itu patok-patok itu diisi dengan media tanam berupa campuran abu batu, arang batok kelapa, dan pupuk kandang. Di bagian tengah tonggak diisi paralon kecil seukuran 0,5 dim yang bersambung ke selang plastik seukuran selang infus.
“Air bercampur nutrisi atau pupuk kemudian dialirkan dalam tonggak melalui selang plastik yang biasa digunakan untuk akuarium itu,” ujarnya.
Prinsipnya, pengairan harus rutin dan merata menuju pangkal tanaman.
Menurut Suhadi, kondisi tanah harus berporos, tidak boleh padat mengeras.
Sejumlah jenis tanaman seperti bawang merah, tomat, lombok, hingga sawi bisa ditanam di lubang-lubang pada tonggak paralon. Sudah beberapa kali ia menanam tomat, lombok, dan bawang merah. “Saya bisa memanen bawang merah seberat 4 kilogram dalam satu tonggak,” ujarnya.
Dengan harga bawang merah sekitar Rp 15 ribu/kg, berarti satu tonggak menghasilkan Rp 60 ribu/tonggak. “Dengan biaya paralon Rp 20 ribu per tonggak ditambah biaya pupuk dan perawatan, pendapatan Rp 60 ribu per tonggak masih untung lumayan. Padahal saya menanam 300 tonggak,” ujarnya.
Suhadi mengakui, umbi bawang merah yang ditanam di paralon tidak sebesar kalau ditanam di tanah. Tetapi umbi bawang merah ala vertikultur itu lebih keras, bahkan saat kering pun tidak susut.
Sejumlah warga mulai tertarik mengikuti jejak Suhadi bertanam ala vertikultur. “ Ada prajurit Yon Zipur yang datang ke sini kemudian mencoba bertanam, demikian juga sejumlah warga,” ujarnya.
Memang ada sebagian warga yang datang langsung bergidik begitu mengetahui peralatan dan media tanam vertikultur. “Pipa paralon kan murah, bisa dipakai menanam berkali-kali. Untuk pengairan bisa menggunakan botol plastik air minum yang diletakkan di ketinggian, tanaman diperlakukan seperti pasien yang diinfus,” ujar Suhadi.
Suhadi pun mengaku banyak mempelajari vertikultur melalui internet, buku, dan majalah. “Di Jepang karena kesulitan lahan, vertikultur di atap gedung. Paralon pun bisa diganti kaleng cat tembok yang disusun ke atas,” ujarnya.
Bahkan ada warga yang nekat mengganti paralon dengan besek (plastik) untuk wadah berkat kenduri. “Ada juga pabrik rokok yang menggantikan paralon dengan plastik tipis, tentu saja gampang robek,” ujarnya.
Bertanam ala vertikultur pun memikat banyak pihak, paling tidak untuk mencoba. “Ada dinas yang meminjam tonggak paralon untuk pameran, ada Pramuka yang pinjam untuk lomba lalu jadi juara di tingkat propinsi,” ujar Suhadi. Anda berminat?
IR HM. SUHADI dengan tanaman bawang merah yang ditanam berjenjang(Ikhsan Mahmudi | Surabaya Post)
Laporan: Iksan Mahmudi | Surabaya Post
Pot sudah jadi dan siap diisi media tanam untuk ditanami. |
Dalam aplikasinya nanti, untuk mempermudah penyiraman bisa menggunakan pipa paralon kecil yang sudah dilubangi kecil – kecil di sekelilingnya dan ditempatkan di tengah pot pipa. Akan tetapi saya untuk saat ini masih menggunakan botol air mineral yang sudah saya potong bagian bawahnya kemudian saya lubangi kecil – kecil di bagian dekat leher botol. Selanjutnya botol tersebut saya pasang terbalik (bagian tutup botol dibawah)dan botol sebagian saya benamkan dalam media tanam. Penyiraman saya gunakan gayung dan disiramkan melalui botol botol tersebut.
Potong bambu dan bobol semua ruas kecuali yang terakhir
Buat lubang tanam sesuai ukuran bambu dan karakteristik tanaman
Ilustrasi posisi lubang pada permukaan datar
Posisi wadah bambu yang telah ditanam di tanah
Model 2: Bambu tingkat
Model 3: Rak bertingkat
Model 4: Rak sederhana
|
IR HM. SUHADI dengan tanaman bawang merah yang ditanam berjenjang (Ikhsan Mahmudi | Surabaya Post) |